Kementan Gerak Cepat Cegah Penyebaran Anthrax di Yogyakarta

Kementan Gerak Cepat Cegah Penyebaran Anthrax di Yogyakarta

Jakarta -

Kementerian Pertanian (Kementan) eksklusif bergerak cepat menyusul adanya kasus final hidup ternak dan insan akhir penyakit Anthrax di Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementan telah mengirimkan tim investigasi dan pengambilan sampel untuk uji laboratorium, serta memberikan eksklusif pertolongan vaksin dan obat-obatan di lokasi.

Dari hasil investigasi di lapangan diperoleh informasi bahwa telah terjadi Anthrax tipe kulit terhadap enam belas orang dan menimbulkan final hidup pada satu ekor sapi dan empat ekor kambing. Selain itu, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo bahwa dari enam belas orang tersebut, lima belas orang di antaranya telah dinyatakan sembuh dan satu orang meninggal dunia.Namun demikian, penyebab final hidup satu orang tersebut belum dapat dipastikan mengingat pasien juga menderita komplikasi diabetes dan penyakit jantung, serta berusia lanjut.

Kemudian berdasarkan hasil pengujian laboratorium di BBVet Wates pada 12 Januari lalu, disimpulkan penyebab final hidup ternak ialah akhir terinfeksi basil Anthrax, yaitu Bacillus Anthracis yang merupakan penyebab penyakit Anthrax. Sampai ketika ini jumlah kambing yang mati atau dipotong paksa oleh masyarakat berjumlah tujuh belas ekor dan sapi satu ekor.

Ditjen PKH memberikan bahwa kasus final hidup pada ternak sapi satu ekor dan tujuh belas ekor ternak kambing, sebelumnya tidak pernah dilaporkan baik oleh peternak maupun masyarakat ke Dinas yang menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat.

Baru Setelah adanya final hidup hewan diikuti manusia, Dinas Kesehatan melaporkan kepada Pemda Kulon Progo dan Dinas Peternakan, yang selanjutnya diinfokan ke Balai Besar Veteriner Wates (BBVet Wates).

Begitu mendapat laporan ihwal kasus dugaan Anthrax tipe kulit pada beberapa orang di Dusun Penggung, Dusun Ngroto, Dusun Ngaglik dan Dusun Wonosari, Desa Purwosari Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulon Progo, BBVet Wates eksklusif menurunkan tim untuk melaksanakan investigasi. Kemudian BBVet Wates yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis dibawah Ditjen PKH ini mengambil sampel uji laboratorium bersama Dinas Peternakan dan Dinas Kesehatan di lokasi kejadian.

Selanjutnya, guna mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit Anthrax tersebut telah dilakukan beberapa tindakan, di antaranya:

1. Pembentukan Tim Penanggulangan Wabah Anthrax di Kabupaten Kulon Progo yang diketuai oleh Sekretaris Daerah dengan melibatkan Dinas Peternakan, Dinas Kesehatan, BBVet Wates dan instansi terkait lainnya;

2. Pembentukan Posko Pengendalian Penyakit Anthrax di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Girimulyo dengan melibatkan seluruh tenaga Medik Veteriner dan Paramedik Veteriner Dinas Peternakan Kabupaten Kulon Progo dan BBVet Wates yang terus mengawasi setiap perkembangan kasus;

3. Melakukan pembatasan lalu lintas ternak;

4. Melakukan pengobatan antibiotika terhadap ternak-ternak di lokasi penderita Anthrax kulit dan juga terhadap ternak yang sekandang dengan hewan yang mati/potong paksa;

5. Melakukan penyemprotan desinfektan di lokasi hewan mati atau potong paksa, tempat pemotongan, serta tempat penguburan ternak/kotoran untuk mematikan basil yang ada di tanah dan di lokasi;

6. Vaksinasi pada hewan terancam di desa tertular dan tempat sekitarnya;

7. Pemusnahan sisa daging yang berasal dari hewan tertular yang masih disimpan oleh Masyarakat, serta;

8. Penyuluhan dan sosialisasi melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) kepada semua perangkat desa tertular dan masyarakat ihwal penyakit Anthrax dan cara pencegahan, pengendalian, serta pengamanannya.

Ditjen PKH juga eksklusif memperlihatkan pertolongan berupa, Vaksin Anthrax sebanyak 17.500 dosis; Antibiotika sebanyak 48 botol masing-masing 100 ml; Vitamin sebanyak 48 botol masing-masing 100 ml; Desinfektan sejumlah 4 botol masing-masing 2,5 liter; Satu unit Sprayer.

Selain itu, surveilans dan monitoring secara terus menerus dilakukan oleh BBVet Wates bersama dengan Dinas Peternakan Kabupaten Kulon Progo,terutama dengan meningkatkan pengawasan lalu lintas ternak dari dan ke lokasi kejadian, serta sekitarnya mulai dari penutupan lalu lintas hingga pembatasan dan pemeriksaan ternak yang akan keluar dan masuk wilayah.

Tak hanya itu, pengambilan dan pengujian sampel oleh laboratorium BBVet Wates juga terus dilakukan secara intensif untuk memonitor cemaran basil di lokasi dan kondisi ternak yang ada di sekitar kejadian.

Koordinasi dengan Pemda Kabupaten Kulonprogo juga terus dilakukan dengan melibatkan lintas instansi antara lain Dinas Peternakan, Dinas Kesehatan dan instansi terkait lainnya, terutama untuk menyusun langkah-langkah pengendalian kasus Anthrax, baik untuk pengamanan terhadap masyarakat, juga pengamanan pada hewan. Berdasarkan laporan perkembangan semenjak tanggal 18 Januari 2017 hingga ketika ini tidak dilaporkan adanya kasus baru. Situasi terakhir dilaporkan sudah terkendali dan tidak ada kasus lagi.

Kementan juga menjelaskan mengenai kasus final hidup anak usia 9 tahun di Kabupaten Sleman yang sebelumnya diduga karena Anthrax. Kementan menegaskan hingga ketika ini tidak ditemukan keterkaitan dengan kasus Anthrax pada hewan. Apalagi di lokasi kejadian tidak ada kasus Anthrax pada hewan. Terlebih pelacakan konsumsi pangan anak tersebut tidak ditemukan konsumsi pangan asal hewan.

Sekalipun ada nanah basil Anthrax pada hasil uji lab anak tersebut, kemungkinan disebabkan dari spora di tanah atau lingkungan bukan berasal dari hewan ternak atau produk ternak.

Kematian anak tersebut karena meningitis. Kendati dari sampel cairan cerebrospinal yang diuji di laboratorium Dinas Kesehatan (dan sampel BBVet Wates) ditemukan adanya basil Anthrax, namun nanah Anthrax yang menyebabkan radang meningitis sangat langka kasusnya.

Tim investigasi telah melaporkan bahwa anak tersebut sebelum sakit dan demam pernah berenang di salah satu bak renang erat tempat tinggal akan tetapi dari hasil uji lab terhadap sampel dari lokasi bak renang tidak ditemukan adanya basil Anthrax.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel