Gambaran Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Di Daerah, Lesukah?

Foto: Grandyos ZafnaFoto: Grandyos Zafna

Jakarta - Perekonomian Indonesia secara spasial mengalami perlambatan. Walaupun secara nasional pertumbuhan ekonomi masih mencatat pertumbuhan yang sama dengan triwulan I-2017 atau 5,01%, pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2017 kemarin di luar prediksi banyak pihak, alasannya yaitu dipengaruhi perlambatan ekonomi di Jawa dan Kawasan Timur Indonesia.

Ekonomi wilayah Sumatera tumbuh cukup stabil pada triwulan II-2017, dibanding triwulan I-2017. Sedangkan ekonomi Maluku-Papua (Mapua) dan Bali-Nusa Tenggara tumbuh meningkat, namun tak bisa menopang peningkatan pertumbuhan Kawasan Timur Indonesia.

Mengutip hasil publikasi Bank Indonesia (BI) mengenai Laporan Nusantara 2017 pada Agustus 2017, Senin (30/10/2017), belum kuatnya perbaikan ekonomi pada triwulan II-2017 tercermin dari pertumbuhan ekonomi provinsi di hampir seluruh wilayah.

BI mencatat, 24 dari 34 provinsi masih mencatatkan pertumbuhan di atas 5% di triwulan II-2017. Namun dibanding triwulan sebelumnya, sebanyak 20 provinsi ekonominya tumbuh lambat. Lebih dari separuh provinsi di masing-masing wilayah mencatatkan perlambatan pertumbuhan, kecuali Bali dan Nusa Tenggara.

Pertumbuhan terendah terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB), di mana tercatat negatif/minus 1,98 persen. NTB menjadi satu-satunya provinsi yang tumbuh negatif tahun ini, walaupun cenderung membaik dari triwulan kemudian yang sebesar -3,74 persen.

Perekonomian Jawa: Ekspor, Investasi, dan Konsumsi Pemerintah Buruk

Bank sentral dalam laporannya mencatatkan perekonomian di Jawa pada triwulan II-2017 tumbuh melambat, alasannya yaitu menurunnya kinerja ekspor dan konsumsi pemerintah. Ekonomi Jawa tumbuh 5,41 persen, lebih rendah dibanding triwulan II-2017 yang sebesar 5,68 persen.

Perlambatan terjadi secara berurut, dari yang terdalam di DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Meski konsumsi rumah tangga masih tumbuh membaik, namun penurunan kinerja ekspor, investasi, dan konsumsi pemerintah menahan ekonomi Jawa untuk tumbuh lebih tinggi. Perlambatan ekspor luar negeri Jawa terjadi di hampir seluruh komoditas, kecuali logam dasar. Ekspor kendaraan bermotor bahkan terkontraksi cukup dalam, alasannya yaitu turunnya undangan ekspor ke ASEAN, khususnya Filipina.

Perekonomian Sumatera: Penyaluran Dana Bansos dan Gaji ke-13 PNS Tertunda

Sumatera pada triwulan II-2017 ditopang konsumsi rumah tangga. Ekonomi Sumatera tumbuh 4,09%, sama dengan triwulan sebelumnya. Separuh provinsi tumbuh meningkat, sedangkan separuh lainnya tumbuh melambat, antara lain Kepulauan Bangka Belitung, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, dan Lampung. Di tengah menguatnya konsumsi rumah tangga alasannya yaitu adanya Ramadan, Hari Raya Idul Fitri, dan libur panjang; kinerja konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor Sumatera justru melemah.

Senada dengan kondisi di Jawa, konsumsi pemerintah di Sumatera terkontraksi akhir tertundanya penyaluran dana bansos serta bergesernya pencairan honor ke-13 PNS. Tekanan investasi terutama terjadi untuk investasi bangunan alasannya yaitu hambatan realisasi proyek infrastruktur di Sumatera Selatan serta kecenderungan penundaan pembangunan pabrik gres di Riau oleh sektor swasta. Sementara dari sisi ekspor, penurunan harga komoditas CPO, karet, dan timah menciptakan ekspor luar negeri Sumatera tumbuh melambat.

Perekonomian Kawasan Timur Indonesia (KTI): Dana Desa Belum Optimal dan Bansos Tertunda

Ekonomi KTI tumbuh melambat dari 5,01% menjadi 4,86% pada triwulan II-2017. Lebih dari separuh provinsi di KTI mengalami kontraksi pertumbuhan konsumsi pemerintah, terutama di wilayah Kalimantan dan Sulawesi. Selain alasannya yaitu pergeseran honor ke-13 dan tertundanya bansos, realisasi dana desa yang belum optimal serta efisiensi anggaran di beberapa Pemerintah Daerah menjadi penyebab utamanya.

Selain konsumsi pemerintah yang terkontraksi di kedua wilayah, kinerja ekspor juga tumbuh melambat seiring melemahnya harga komoditas menyerupai watu bara (Kalimantan) dan CPO atau minyak sawit (Sulawesi). Selain itu, investasi di Kalimantan terkait kilang minyak juga mengalami penurunan. Hal ini berbeda dengan investasi di Sulawesi yang justru meningkat alasannya yaitu berlanjutnya proyek pembangunan daerah industri, pembangkit listrik, dan pabrik pengolahan.

Perekonomian Bali-Nusa Tenggara, Maluku dan Papua: Membaik Secara Keseluruhan

Ekonomi kedua wilayah regional ini masing-masing tumbuh 3,14% dan 4,52%, lebih tinggi dibanding triwulan kemudian yang tumbuh 2,49% dan 4,09%. Akselerasi pertumbuhan ekonomi kedua wilayah ini didorong oleh ekspor mineral tembaga (NTB dan Papua) sejalan dengan relaksasi izin ekspor mineral. Selain itu, ekspor jasa (Bali) dan nikel (Maluku Utara) juga meningkat. Investasi di Bali-Nusa Tenggara (Balinusra) menyumbang pertumbuhan yang lebih tinggi, seiring percepatan realisasi proyek pasca perubahan nomenklatur serta perbaikan birokrasi dan perizinan. Sementara, konsumsi rumah tangga di Maluku dan Papua (Mapua) juga meningkat alasannya yaitu bulan mulia dan Idul Fitri. Pertambangan dan perdagangan menopang kenaikan pertumbuhan di kedua wilayah, meski tertahan oleh menurunnya kinerja pertanian.

"Hingga selesai tahun 2017, perekonomian diperkirakan tumbuh di kisaran 5,0%-5,4%, lebih tinggi dibanding 2016; meski tidak sekuat asumsi sebelumnya," demikian proyeksi BI.

Perbaikan pertumbuhan ekonomi 2017 diperkirakan terjadi tidak merata di seluruh wilayah. Optimisme konsumen diperkirakan akan bisa menjadi pondasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta perdagangan antar daerah; meski tidak sekuat asumsi sebelumnya.

Selain itu, pembangunan infrastruktur pemerintah di banyak sekali daerah diprakirakan bisa mendorong peningkatan investasi fisik.

"Beberapa paket kebijakan pemerintah terkait deregulasi perizinan dan banyak sekali insentif investasi diperkirakan bisa menarik investasi swasta yang lebih tinggi di sepanjang 2017. Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi dan capaian kasatmata tax amnesty diperlukan bisa mendukung kondisi fiskal dan kinerja konsumsi pemerintah yang lebih baik, meski masih terdapat potensi short fall pajak," terperinci BI.

Sementara itu, prakiraan meningkatnya ekspor di banyak sekali daerah juga ditopang oleh perbaikan perekonomian dunia, yang akan mendorong volume perdagangan dunia, serta didukung perbaikan harga komoditas menyerupai minyak, gas alam, CPO, karet, aluminium, timah, dan nikel.
Sumber detik.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel