Ada Rusun Nempel ke Stasiun di 5 Lokasi Ini
Jakarta - Pembangunan hunian vertikal dengan konsep Transit Oriented Development (TOD) tengah dikebut oleh sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karya dan perumahan. Hunian dengan konsep TOD memanfaatkan lahan di stasiun milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk dibangun tempat tinggal dengan kemudahan susukan transportasi yang ditawarkan.
Hingga dikala ini sedikitnya sudah ada 3 stasiun yang sudah dimulai pembangunan hunian TOD yang umumnya terbagi ke rumah susun sederhana milik (rusunami) khusus untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan apartemen sederhana milik (anami) untuk masyarakat menengah.
Pada 15 Agustus 2017 lalu, groundbreaking atau peletakan kerikil pertama proyek tersebut di Stasiun Tanjung Barat dilakukan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno.
Di lokasi ini, akan ada 1.232 unit rusunami dalam tiga tower yang dibangun di atas lahan seluas 15.244 m2, dengan total 29 Iantai dan nilai investasi sekitar Rp 709 miliar oleh Perum Perumnas yang memanfaatkan lahan PT Kereta Api Indonesia (Persero) (KAI).
Rusunami yang ada di Stasiun Tanjung Barat rencananya bakal dijual mulai dari harga Rp 202 juta yang diperuntukkan bagi MBR sampai Rp 576 juta yang diperuntukkan bagi komersil.
Dari total 1.232 unit hunian yang dibangun, 298 unit di antaranya diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan sisanya dijual komersil. Ada dua tipe rusunami yang akan dibangun, yakni dengan tipe studio 1 kamar luas 22 m2 dan tipe hunian dengan 2 kamar tidur luas 32 m2.
"Harga subsidi jikalau aturan FLPP kan Rp 9,2 juta per m2, tadi bu Menteri minta diturunkan, tapi dihitung dulu. Mungkin disubsidi lagi sama yang anami (komersil) nanti. Berarti harganya sekitar Rp 202 juta untuk yang luasnya 22 m2. Kalau yang anami, harganya sekitar Rp 16-18 juta/m2," kata Direktur Produksi Perumnas, Kamal Kusmantoro Agustus lalu.
Tak lama berselang, pada 2 Oktober 2017 lalu juga dimulai pembangunan hunian vertikal dengan konsep TOD di Stasiun Pondok Cina, Depok. Peresmian pembangunan dilakukan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dan Menteri BUMN Rini Soemarno.
Sama halnya ibarat hunian TOD di Stasiun Tanjung Barat, TOD di Stasiun Pondok Cina dilakukan oleh Perum Perumnas dengan memanfaatkan lahan strategis milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) (KAI). Konsep hunian ini terintegrasi dengan transportasi commuter line, erat dengan sentra perbelanjaan, sarana pendidikan dan Iainnya.
Hunian vertikal dengan konsep TOD di Stasiun Pondok Cina akan terdiri dari 4 tower dengan 3.693 unit hunian di atas lahan seluas 27.706 m2. Perumnas menggelontorkan dana sekitar Rp Rp 1,45 triliun untuk pembangunan TOD Stasiun Pondok Cina
Dari total 3.693 unit hunian, 25% di antaranya diperuntukkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Proyek TOD ini memiliki komposisi hunian rusunami dan anami dengan tipe hunian studio sampai tipe hunian dengan 3 kamar tidur. Khusus untuk rusunami, tipe hunian paling minimal yaitu dengan luas tipe 32 m2.
Selanjutnya, pada Selasa (10/10) kemarin juga gres saja dimulai pembangunan hunian vertikal yang juga dengan konsep TOD di Stasiun Senen. Dalam hal ini, anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) melalui anak usahanya, PT Wijaya Karya Bangunan Gedung memanfaatkan lahan strategis milik KAI dengan investasi Rp 500 miliar.
Di Stasiun Senen akan terbangun 480 unit rusunami untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan 882 unit anami untuk masyarakat menengah erta daerah komersil di atas lahan 8.560 meter persegi milik KAI.
Untuk rusunami MBR, harga jual mulai dari Rp 7 juta per meter persegi. Dengan luas satu unit rusun MBR dengan tipe dua kamar tidur sekitar 32 meter persegi, diperkirakan harganya Rp 224 juta per unitnya.
Sedangkan, untuk apartemen sederhana milik (anami) mampu dimiliki masyarakat dengan penghasilan pokok di atas Rp 7 juta per bulan. Anami memiliki dua tipe, yaitu tipe studio dan dua kamar tidur, dengan harga jual dua kali lipat dari rusunami per meternya.
Di hari yang sama, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) berhubungan dengan KAI meluncurkan proyek hunian TOD Stasiun Juanda dan Stasiun Tanah Abang.
Adapun proyek hunian TOD Stasiun Juanda ini akan dilakukan pembangunan sebanyak 2 tower yang akan menampung sebanyak 627 unit hunian di atas lahanseluas 5.903 meter persegi dengan nilai investasi sekitar Rp 300 miliar.
Proyek TOD Juanda ini memiliki komposisi hunian rusunami yang diperuntukan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sebanyak 171 unit dengan luas per unit 32 meter persegi dan harga jual Rp 7 juta/m2 atau Rp 224 juta per unit.
Hunian MBR pada TOD Juanda memiliki rasio 36% terhadap luasan total semi gross area pengembangan, di mana juga akan dikembangkan anami dan zona komersial.
Dalam hunian TOD Juanda ini terdapat akomodasi kolam renang & gym, commercial area, pedestrian elevated walk-way, jembatan menuju parkiran, gedung parkir, Jakarta Railway Center, Stasiun Juanda, shuttle bus drop off, sampai Kantor KAI yang menyatu dengan hunian TOD Juanda ini.