Ri Tak Lagi Impor Beras, Mendag Bidik Surplus Dagang Dengan Vietnam

Foto: Eduardo SimorangkirFoto: Eduardo Simorangkir

Da Nang - Indonesia dan Vietnam setuju meningkatkan volume perdagangannya sampai mencapai US$ 10 miliar. Saat ini volume kedua negara tersebut diketahui gres mencapai US$ 6,3 miliar pada 2016 dengan defisit sebesar US$ 182,76 juta di pihak Indonesia.

Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita menyampaikan tahun depan neraca perdagangan Indonesia atas Vietnam diperlukan dapat surplus sampai US$ 200 juta. Hal ini menyusul semakin banyaknya produk Indonesia yang dapat diekspor ke Vietnam dan telah berkurangnya impor beras dari negara yang berbatasan pribadi dengan China tersebut.

"Tahun depan kita surplus US$ 200 juta. Drivernya kerikil bara, makanan jadi, pertamina lubricants, bantalan kaki dan lainnya," katanya kepada detikFinance ketika ditemui di Da Nang, Vietnam, Minggu (12/11/2017).

"Semula kita kan impor beras. Itulah yang mengakibatkan kita defisit sebenarnya. Dengan kita tidak mengimpor lagi beras, kita jadi surplus. Tapi catatannya, perdagangan kita tidak turun, tapi meningkat. Artinya ada peralihan komoditas," sambung Enggar.


Dia bilang, diketahui selama ini diversifikasi perdagangan antara kedua negara tersebut salah satunya ialah perbedaan bahasa dan regulasi. Namun dengan adanya kolaborasi yang semakin baik antara masing-masing pengusaha eksportir kedua negara diyakini dapat meningkatkan nilai perdagangan kedua negara ke depan.

"Memang bahasa menjadi kendala. Tapi oleh teman-teman pengusaha itu dapat diatasi dengan bekerja sama dengan para biro yang ada di sini. Langkah-langkah itu berhasil di luar investasi yang dilakukan," ungkapnya.

"Jadi kita optimis tahun depan peningkatan perdagangan akan bisa. Mereka minta kerikil bara dan mereka harapkan ada longterm contract dengan Vietnam. Tapi Presiden perintahkan harus yang punya nilai tambah, tidak hanya Sumber Daya Alam," terperinci Enggar.

Selain meningkatkan perdagangan antara kedua negara, peningkatan investasi Indonesia ke Vietnam juga menjadi salah satu hal yang disambut baik oleh kedua negara. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong mengungkapkan, setidaknya sudah ada dua perusahaan Indonesia yang sukses berinvestasi di Vietnam, yakni Ciputra dan Semen Indonesia.


Masuknya kedua perusahaan besar itu ke Vietnam kata beliau juga menjadi salah satu cara membuka pasar ke Vietnam sehingga nilai perdagangan antara kedua negara tersebut dapat semakin ditingkatkan.

"Jadi dengan negara kawan tertentu, kita harus bujuk mereka investasi ke Indonesia. Atau kita investasi ke sini. Karena investasi itu ujung tombak dari kanal pasar. Makara kita membuka kanal pasar kita ke Vietnam, jadi investasi itu harus diubahsuaikan dengan kondisi negara mitranya. Enggak selalu harus kita bujuk mereka investasi ke Indonesia," pungkasnya.
Sumber detik.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel