Rumah Tangga Bahagia Perlu Lima Tahun Perjuangan
Microgist. Berapa lama rumah tangga bahagia dapat tercapai?
Sengaja aku munculkan pertanyaan ini alasannya ialah banyak pasangan yang merasa rumah tangganya di ambang kehancuran...
Padahal mereka masih berada di awal-awal pernikahan.
Perlu diketahui , kalau Anda merasa rumah tangga yang gres saja dibangun itu tidak seindah keinginan , maka itu merupakan hal yang wajar. Dua sungai yang berbeda bermuara di satu muara: pernikahan. Masing-masing membawa watak dan kebiasaan yang berbeda.
Maka wajar kalau ada banyak begitu perbedaan. Perbedaan itu menjadi duduk perkara manakala masing-masing menakar kebiasaan pasangannya dengan kebiasaan sendiri. Jangankan dengan orang yang gres dikenal , Anda yang bertahun-tahun hidup serumah-pun tetap menemukan perbedaan ini.
Mayoritas pasangan membutuhkan waktu sampai 5 tahun hanya untuk mencapai tingkat adaptasi. Selama 5 tahun pertama akan banyak terjadi "badai". Bahtera rumah tangga terombang-ambing. Dan hampir-hampir membuat banyak orang berpikir untuk berpisah.
Angka 5 tahun merupakan rata-rata saja. Saya menemukan pasangan-pasangan yang memang secara emosional sangat matang , tidak membutuhkan waktu selama itu. Cukup satu tahun untuk adaptasi. Setelah itu mereka menikmati hari-hari bagaikan pasangan yang telah menjalani perkawinan puluhan tahun lamanya.
Ada pula yang memerlukan waktu sampai 8 atau 10 tahun dalam beradaptasi. Ini memang terbilang lama. Jika mereka sudah satu ajaran , satu arah , rumah tangga bahagia-pun bukan lagi sekedar impian.
Mereka memiliki tingkat ketentraman yang tinggi. Sehingga masalah-masalah rumah tangga tidak begitu menganggu kondisi emosional mereka.
Justru mereka sangat menikmati kehidupan rumah tangga. Mereka menangguk kebahagiaan lebih besar lagi dari mahligai rumah tangganya.
Maka dari itu meningkatkan kematangan jiwa merupakan tanggapan untuk aneka macam duduk perkara rumah tangga.
Memang tidak sepenuhnya salah. Tetapi justru jawabannya tidak selalu di situ. Justru sebaiknya Anda memperhatikan hal-hal lain yang berdampak pribadi pada kondisi kejiwaan.
Misalnya saja sejauh manakah rasa syukur kepada Tuhan. Apakah selama ini Anda berbahagia dengan segala pertolongan dari-Nya , ataukah selalu merasa kekurangan? Apakah Anda menjalankan etika agama sehingga jiwa mencicipi ketentraman karenanya?
Berdasarkan pengalaman , rumah tangga yang bahagia ditandai dengan kondisi hati yang baik. Mereka senantiasa bersyukur , mudah berbuat kebaikan , dan tidak menyimpan kebencian di dalam hati.
Aura faktual yang terpancar tersebut mensugesti mood di rumah. Berada akrab dengan orang yang hening , Anda-pun mencicipi ketenangan. Begitu pula orang lain , mereka akan terpengaruh oleh kondisi perasaan Anda.
Semakin sering memancarkan perasaan-perasaan faktual - bahagia , syukur , hening , sabar , menyayangi , mencintai , perhatian - semakin besar peluang mencapai rumah tangga bahagia.
Sengaja aku munculkan pertanyaan ini alasannya ialah banyak pasangan yang merasa rumah tangganya di ambang kehancuran...
Padahal mereka masih berada di awal-awal pernikahan.
Perlu diketahui , kalau Anda merasa rumah tangga yang gres saja dibangun itu tidak seindah keinginan , maka itu merupakan hal yang wajar. Dua sungai yang berbeda bermuara di satu muara: pernikahan. Masing-masing membawa watak dan kebiasaan yang berbeda.
Maka wajar kalau ada banyak begitu perbedaan. Perbedaan itu menjadi duduk perkara manakala masing-masing menakar kebiasaan pasangannya dengan kebiasaan sendiri. Jangankan dengan orang yang gres dikenal , Anda yang bertahun-tahun hidup serumah-pun tetap menemukan perbedaan ini.
5 Tahun Menuju Rumah Tangga Bahagia
Maka kalau hari ini memiliki duduk perkara dalam rumah tangga , jangan berkecil hati. Bukan hanya Anda saja yang memiliki duduk perkara tersebut.Mayoritas pasangan membutuhkan waktu sampai 5 tahun hanya untuk mencapai tingkat adaptasi. Selama 5 tahun pertama akan banyak terjadi "badai". Bahtera rumah tangga terombang-ambing. Dan hampir-hampir membuat banyak orang berpikir untuk berpisah.
Angka 5 tahun merupakan rata-rata saja. Saya menemukan pasangan-pasangan yang memang secara emosional sangat matang , tidak membutuhkan waktu selama itu. Cukup satu tahun untuk adaptasi. Setelah itu mereka menikmati hari-hari bagaikan pasangan yang telah menjalani perkawinan puluhan tahun lamanya.
Ada pula yang memerlukan waktu sampai 8 atau 10 tahun dalam beradaptasi. Ini memang terbilang lama. Jika mereka sudah satu ajaran , satu arah , rumah tangga bahagia-pun bukan lagi sekedar impian.
Usia Tidak Menjamin Kematangan
Perlu juga diketahui , usia yang lebih remaja tidak menjamin kematangan jiwa. Ada orang-orang yang menikah di bawah usia dua puluh tahun , akan lebih bijaksana dalam menyikapi aneka macam duduk perkara rumah tangga.Mereka memiliki tingkat ketentraman yang tinggi. Sehingga masalah-masalah rumah tangga tidak begitu menganggu kondisi emosional mereka.
Justru mereka sangat menikmati kehidupan rumah tangga. Mereka menangguk kebahagiaan lebih besar lagi dari mahligai rumah tangganya.
Maka dari itu meningkatkan kematangan jiwa merupakan tanggapan untuk aneka macam duduk perkara rumah tangga.
Tidak Perlu Menerapkan Tips-Tips Rumah Tangga Bahagia
Jika terjadi kegoncangan dalam rumah tangga , biasanya pasangan muda pribadi mencari penawarnya. Yaitu dengan mencari apa saja tips rumah tangga bahagia. Lalu mencoba menerapkannya.Memang tidak sepenuhnya salah. Tetapi justru jawabannya tidak selalu di situ. Justru sebaiknya Anda memperhatikan hal-hal lain yang berdampak pribadi pada kondisi kejiwaan.
Misalnya saja sejauh manakah rasa syukur kepada Tuhan. Apakah selama ini Anda berbahagia dengan segala pertolongan dari-Nya , ataukah selalu merasa kekurangan? Apakah Anda menjalankan etika agama sehingga jiwa mencicipi ketentraman karenanya?
Berdasarkan pengalaman , rumah tangga yang bahagia ditandai dengan kondisi hati yang baik. Mereka senantiasa bersyukur , mudah berbuat kebaikan , dan tidak menyimpan kebencian di dalam hati.
Aura faktual yang terpancar tersebut mensugesti mood di rumah. Berada akrab dengan orang yang hening , Anda-pun mencicipi ketenangan. Begitu pula orang lain , mereka akan terpengaruh oleh kondisi perasaan Anda.
Semakin sering memancarkan perasaan-perasaan faktual - bahagia , syukur , hening , sabar , menyayangi , mencintai , perhatian - semakin besar peluang mencapai rumah tangga bahagia.