Berawal dari Mimpi, Pengusaha Asal Bandung Ini Bisa Punya Hostel
![Berawal dari Mimpi, Pengusaha Asal Bandung Ini Bisa Punya Hostel Berawal dari Mimpi, Pengusaha Asal Bandung Ini Bisa Punya Hostel](https://akcdn.detik.net.id/customthumb/2015/02/13/480/070006_hostel.jpg?w=780&q=90)
Jakarta - Mimpi berbisnis dari sekolah perhotelan, kebanyakan ialah membuka hotel, penginapan dan restoran, tapi dari mana modal dan lahannya?
Pertanyaan ini dijawab oleh Yudi Eka (30) dan Berry Oroh (39), mereka berdua mampu mewujudkan mimpinya mendirikan sebuah penginapan yang mempunyai ciri khas.
Berbekal intuisi dan peluang yang ada Yudi dan Berry mampu menyakinkan pemilik rumah yang kebetulan juga sebagai pemilik kantor yang mereka kontrak untuk sebuah kursus pelatihan perhotelan di kota Bandung.
Awalnya Yudi yang juga berprofesi sebagai pengajar sekolah Perhotelan ini melihat peluang bisnis untuk memanfaatkan rumah sang pemilik sebab halamannya terdiri dari kebun yang luas, bak renang dan beberapa bagunan terpisah yang mampu dimanfaatkan menjadi sebuah penginapan yang terjangkau di Kota Bandung.
Lahirlah sebuah wangsit untuk mengemas ruangan dan kemudahan di rumah tersebut menjadi sebuah penginapan dengan konsep daerah tidur bersama yang biasa disebut Dormitory atau Dorm. Ide mereka berdua tidak pribadi diterima oleh sang pemilik rumah.
"Pemilik harus mengeluarkan biaya investasi yang cukup besar untuk membeli peralatan daerah tidur, membenahi kamar mandi, dan banyak sekali perlatan lain untuk mendukung sebuah Ide gila pada ketika itu," kenang Yudi ibarat dikutip dari myoyeah, Jumat (13/2/2015)
Mendapat 'lampu merah' Yudi dan Berry tidak patah arang, tawaran dan konsep investasi disusun biar pemilik rumah setuju termasuk mengandeng pihak investor.
"Hitung-hitung dari pada rumahnya kosong dan tidak terawat atau di jadikan kos-kosan, kami menunjukkan sebuah wangsit penginapan model Dorm (asrama) dimana hasil uang yang akan masuk lebih besar, lebih cepat dan diterima harian,” ingat Berry ketika menuturkan kepada pemilik rumah.
Berhasil menyakinkan semua pihak maka dalam kurun waktu 5 bulan wangsit itu mampu diwujudkan dengan memanfaatkan 1 buah ruangan tingkat yang terpisah rumah utama sang pemilik. Ruangan itu dibenahi dan disulap menjadi 16 daerah tidur yang bertingkat untuk laki-laki dan 22 daerah tidur bertingkat untuk wanita. Mereka menyebutnya kamar untuk Male Dorm dan kamar Female Dorm yang terpisah dilantai berbeda.
Dengan segala fasiltas yang ada di lahan tersebut akibatnya Yudi dan Berry sepakat untuk memberi nama Garden-Hostel Bandung. Dengan mengunakan konsep hostel mereka yakin harga yang dibayarkan per orang per satu daerah tidur dapat bersaing dengan penginapan dan hostel sekitarnya terlebih lokasinya ada Dago Bandung.
Segmentasi yang diincar ialah wisatawan backpacker, pelajar dan pemburu harga murah dengan kemudahan hotel berbintang baik domestik dan internasional.
Dalam proses mulai merancang dan membangun Hostel berbentuk Dorm Berry dan Yudi dibantu oleh seorang sahabat arsitek dalam menghitung luas ruangan terhadap kapasitas jumlah daerah tidur berserta ukurannya hingga dengan pengadaan peralatan pendukung ibarat jalur listrik untuk lampu baca dan colokan listrik untuk setiap kasur, instalasi jaringan wifi hingga lemari pribadi (loker) yang dilengkapi dengan kunci sehingga tamu dapat menyimpan barang mereka dengan aman.
Menurutnya investasi ini membutuhkan Rp 300 juta termasuk pengerjaan konstruksi yaitu aksesori 6 kamar mandi model shower, wc duduk gres dan instalasinya. Yudi menandaskan investasi ini akan balik selama 2 tahun dengan contoh tingkat hunian hanya 30% setelah dipotong biaya operasional.
Target tingkat okupansi ialah 30% didasarkan dari 12 daerah tidur terisi peminggu atau 84 bed di pakai dengan harga Rp 125.000 untuk hari Minggu hingga Kamis dan Rp 135.000 untuk Jumat & Sabtu. Jika dihitung rata-rata omzet perminggu mereka ialah Rp 10.900.000 untuk satu ahad dengan contoh terisi 30% dari kapasitas 100%.
“Satu hal yang unik ialah sebelum Garden-Hostel ini resmi beroperasi sudah ada 1 tamu bule datang untuk meminta menginap,” papar Yudi.
Karena sistem pemasaran yang mereka lakukan ialah memposting ke jaringan pemasaran Hotel, Hostel, Backpaker online sedunia, sehingga dalam hitungan hari dan ahad para tamu mulai bermunculan datang satu persatu.
“Yang gila lagi ialah ada sekelompok 4 wanita bule datang dari Finlandia, jikalau saya liat itu akrab kutub utara ya?, saya kaget dan sekaligus kagum ternyata konsep Hostel kami banyak disukai wisatawan Internasional sebab mereka melihat foto dari bentuk dorm dan kemudahan hostel ini ini dari Internet," ujar Berry.
Langkah awal yang manis telah dimulai Yudi dan Berry, mereka ketika ini terus mengembangkan sistem pelayanan sehingga para tamu yang sudah pernah menginap dan melaksanakan pesanan melalui internet mampu membuatkan pengalamannya untuk menjaring calon wisatawan lebih banyak lagi. Tak heran Yudi dan Berry akibatnya menargetkan 60% tamunya ialah wisatawan internasional dan sisanya 30% ialah tamu domestik.
Yudi dan Berry kini telah mengodok untuk membuka jaringan Dorm Hostel ini dengan mencari pemilik rumah hingga pemilik rumah toko yang mampu dijadikan penginapan dengan konsep ibarat garden-hostel dengan melihat lokasi bagunan dan lahan apakah cocok sesuai dengan lingkungan sekitar misal untuk bisnis atau hingga pendukung kota pariwisata.
Sebuah mimpi yang besar mampu terealiasai berkat intuisi dan kegigihan untuk memiliki sebuah Hostel. Patut dicungi jempol sebab mereka berdua mampu membuat sebuah rumah dengan lahan luas yang tidak produktif kini mampu mendapatkan tamu wisatawan luar negri yang datang jauh termasuk salah satunya datang dari daratan eropa akrab dengan wilayah kutub utara.
Dua orang pengusaha ini telah menjadi salah satu pelaku ekonomi menyampaikan pemasukan devisa sekaligus mempromosikan kotanya di tingkat Internasional.
Promosikan bisnis kamu, detik ini juga di adsmart.detik.com