Pendidikan Anak: Kehangatan Ibu Menentukan Kebahagiaan

Cinta yaitu obat dari segala penyakit. Mungkin kalimat ini terlalu hiperbolis. Pada kenyataannya , cinta memang berperan besar di setiap lini kehidupan , termasuk dalam pendidikan anak. Anak-anak akan menjadi sukses di masa dewasanya , atau sebaliknya , hidup dalam kesuraman alasannya faktor cinta ini.

Penelitian panjang di salah satu universitas terkemuka , Harvard , menyebutkan bawah umur yang hidup dalam belaian kehangatan terbukti lebih bahagia dan lebih sukses. Mereka juga relatif lebih sehat dibandingkan dengan bawah umur yang kurang menerima kasih sayang

Sebagai orang renta , memang sudah seharusnya menyiapkan banyak sekali hal untuk anak. Mulai dari dana pendidikan sampai hal-hal sepele sekalipun. Namun demikian , acapkali orang renta terperangkap dalam kerja. Lalu melepaskan kehangatan keluarga dari kehidupan sehari-hari.

Kisah buram dunia pendidikan kita mungkin disumbang oleh faktor cinta ini. Kita kekurangan cinta dan kehangatan. Khususnya di dalam keluarga. Sehingga sehingga bawah umur kita mencicipi impak negatif darinya. Emosi yang labil serta kecemasan psikis merupakan dampak yang paling besar.

Sayangnya , keadaan emosi bawah umur yang labil tersebut biasanya terekam jauh di lubuk hatinya. Menjadi alam bawah sadar yang akan terus dibawanya sampai masa-masa remaja , bahkan sampai di masa-masa tua.

Jangan Melupakan Kehangatan Dalam Pendidikan Anak


Hari demi hari , kita tiada henti berjuanga merajut sulaman kebahagiaan. Arus zaman ketika ini membawa kita pada banyak aliran bahwa parameter kebahagiaan yaitu harta. Seberapa banyak bahan yang dapat dikumpulkan , sebanyak itu pula pundi-pundi kebahagiaannya.

Sebagai dampak dari mindset berpikir semacam itu , banyak orang renta yang menjejali anak-anaknya dengan banyak sekali peran akademik. Kurikulum di kepala bawah umur menjadi over-load. Pada ketika yang bersamaan , kehangatan keluarga justru berkurang.

pendidikan anak. Karena kehangatan ibu merupakan benang yang merajut kematangan emosional dan spiritual. Dan sebagaimana sudah banyak diketahui , faktor emotional quotient (kecerdasan emosional) berkontribusi lebih dari 80% bagi kesuksesan.

Jika demikian , kita dapat memprediksi masa depan bawah umur kita. Jika hari ini jiwa mereka merasa kemarau dari kehangatan ibunya , sulit baginya untuk menggapai kebahagiaan di masa depan. Sebaliknya , jikalau hari ini kita memenuhi telaga jiwanya dengan kehangatan , maka esok ia akan lebih mudah berbahagia. Bahkan akan mengalirkan kebahagiaan itu kembali kepada kita.

Kehangatan Ibu Menentramkan

Secara naluri , insan mencicipi ketentraman manakala menyadari ada begitu banyak orang yang menyayanginya. Semakin besar kasih sayang yang melingkupinya , semakin dalam pula ketentraman yang dirasakannya.

Dengan begitu , kesudahannya ia akan merasa "selesai" dengan dirinya sendiri. Ia merasa cukup dengan semua yang telah didapatkannya dalam kehidupan. Jika sudah demikian , jiwa itu akan mencari kanal untuk mengalirkan ketentraman yang dirasakannya.

Dermawan , menolong orang lain , berempati , merupakan impak dari jiwa yang telah tentram. Dengan kualitas menyerupai itu , justru tanpa sadar seseorang tengah menyulam kehidupan yang lebih sukses. Baik sukses di bidang sosial , finansial , maupun kehidupan pribadi.

Itulah beberapa catatan penting mengenai kehangatan keluarga , khususnya kehangatan seorang ibu. Kedekatan seorang ibu dengan anaknya menjadi faktor penting bagi kebahagiaan anak 20-40 tahun kemudian. Oleh alasannya itu , sudah sepantasnya kita memperlihatkan cinta dan kehangatan dalam konteks pendidikan anak.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel