Proyek Kereta Cepat Jkt-Bdg Diprediksi Rampung 5 Tahun Lagi

Foto: Ardan Ahid ChandraFoto: Ardan Ahid Chandra

Jakarta - Perkembangan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang telah groundbreaking dianggap masih belum memperlihatkan progres yang signifikan. Dari panjang jalur kereta 143 km, ketika ini perkembangan masih pada pembebasan lahan yang gres mencapai hampir 60%.

Pengamat transportasi, Djoko Setijowarno menyampaikan hal tersebut sudah dapat diprediksi ketika proyek ini dimulai semenjak dua tahun yang lalu. Selain alasannya yaitu proyek ini juga tak masuk dalam rencana panjang jangka menengah nasional (RPJMN) 2015-2019, mega proyek bernilai puluhan triliun ini juga masih menemui sejumlah kendala.



"Sebenarnya jika kita membuka RPJMN itu, memang enggak ada kereta cepat Jakarta-Bandung. Saya juga heran kenapa tiba-tiba Pak Presiden pribadi mengutamakan itu. Kita juga sudah berikan masukan mengenai hal itu, dan nampaknya sudah terbukti dua tahun ini enggak banyak berubah. Ada hambatan mungkin," katanya kepada detikFinance ketika dihubungi, Selasa (30/1/2018).

Menurutnya, proyek ini memang cukup baik sebagai terobosan pada moda transportasi modern di Indonesia. Namun, pendanaan proyek yang murni business to business menciptakan proyek ini butuh pendalaman kajian bisnis yang cermat biar dapat tetap untung.

"Yang terperinci itu kan tanpa APBN. Berarti harus ada investor. Investor juga sudah mikir-mikir, ini memperlihatkan untung atau tidak, demandnya berapa besar. Kalau beliau pengen ada properti, kira-kira properti di Walini itu dapat mendukung enggak? Bagaimana perhitungannya jika itu jadi kota baru. Karena jika dari penumpang kini saja enggak mungkin untunglah," jelasnya.


Dengan perkembangan ketika ini, beliau pun memprediksi proyek ini tak bakal dapat final di 2019 menyerupai sasaran awal. Jika melihat LRT dan MRT yang dibangun semenjak 2015 saja belum dapat rampung hingga ketika ini, maka dengan progres ketika ini, proyek ini diperkirakan gres rampung setidaknya lima tahun lagi.

"Proyeknya tetap terealisasi tapi mungkin dapat tertunda. Dulu targetnya kan 2019, kayaknya enggak mungkin lagi. Apa lagi ini butuh kehati-hatian tinggi juga. Saya kira paling cepat lima tahun lagi," pungkasnya.
Sumber detik.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel