Asuransi Pendidikan Ala Orang Desa


Shakespear pernah mengatakan bahwa siapa saja yang tidak pernah mempersiapkan diri , ia akan menerima kesulitan dikala berada di pentas. Dan tentunya pentas kita yakni kehidupan ini. 

Mempersiapkan dana pendidikan anak merupakan salah satu cara menerima kesiapan menghadapi banyak sekali kemungkinan di masa depan.  Ada begitu banyak manfaat baik secara finansial maupun secara emosional. Mulai dari terbentuknya mentalitas investor , meningkatnya level adversity quotient , sampai ketenangan finansial. 

Untuk mempersiapkan dana pendidikan , mengikuti asuransi pendidikan yakni cara yang banyak dilakukan oleh banyak orang. Namun kali ini saya hanya ingin membuatkan dongeng wacana "asuransi" pendidikan ala orang desa. 

Investasi Ala Desa

Sebagai anak desa dan hidup di desa apa yang dapat kita lakukan untuk mempersiapkan dana pendidikan anak? Mungkin ada baiknya Anda membaca kisah Farhan yang sukses dalam membiayai pendidikannya.

Sebagai orang yang hidup sederhana di Kuningan - salah satu Kabupaten di Jawa Barat - ia harus pandai-pandai membuat taktik biar dapat melanjutkan pendidikannya. Beruntung orang tuanya sangat mementingkan pendidikan anak-anaknya , termasuk dirinya. 

Orang tuanya senantiasa mengajarkan biar ia terbiasa menyisakan uangnya dan mengumpulkannya biar dapat membeli bibit pohon. Dalam perspektif modern kita menyebutnya sebagai mentalitas investor. Ayahnya mengajarkan biar ia dapat menunda kesenangannya dan mengalihkannya untuk hal-hal penting.

Maka hari-hari pun berlalu. Hingga tibalah waktunya si anak untuk melanjutkan studi ke jenjang universitas. Apa yang dimiliki keluarga petani untuk mengirimkan anaknya ke perguruan tinggi tinggi? Mereka yakni petani-petani sederhana yang pendapatannya tidak seberapa.

Namun keluarga Farhan memiliki tabungan , lebih tepatnya investasi. Pohon-pohon albasiyah yang ditanam ayahnya menjadi balasan untuk problem dana pendidikan yang dihadapinya. Harga kayu selalu meningkat dari waktu ke waktu. Maka itulah nilai dari investasinya.

Dari satu pohon rata-rata ia menerima uang 1.2 juta. Bahkan mampu lebih dari itu , tergantung pada usia dan diameter pohon. Dari sinilah risikonya , Farhan dapat berguru di perguruan tinggi tinggi. Ia risikonya menyadari nilai dari kesabaran dan memprioritaskan sesuatu dari orang tuanya.

Kini setelah ia bekerja di salah satu rumah sakit , ia tidak sekedar mengenang bagaimana sebatang pohon dapat memberi manfaat baginya. Namun ia juga terus berinvestasi dengan mengalokasikan sisa gajinya untuk dapat menanam pohon-pohon lainnya.

Mengalokasikan uang dengan nominal tertentu ke bentuk pohon memperlihatkan nilai ekonomis yang sangat tinggi dibandingkan sekedar menabungkannya. Dan benar saja , dari tahun ke tahun harga kayu senantiasa mengalami kenaikan.

Itulah cara keluarga Farhan menyiapkan "asuransi" dana pendidikan sekaligus berinvestasi. Cara yang sangat simple , minim resiko , dan tentunya nilai return yang lumayan besar. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel